RSS

Minggu, 28 November 2010

Ethics

Etika Confiusius dipandang jelas dan rasional. Kebanyakan orang mengelompokan filsafat timur termasuk india dan cina sebagai filsafat yang berdasarkan pada intuisi atau mistik diantaranya Taoisme. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa filsafat Confiusius seratus kali lebih rasional dari filsafat barat. Bahkan sumber melanjutkan bahwa Confiusius juga lebih jelas dan memiliki beberapa kesamaan dengan Immanuel Kant dan Kristiani. (Kelley L. Ross, P., 2007)
Kasih adalah bagian yang besar dari manusia, sehingga antar sesama manusia ditekankan saling mengasihi. Confiusius menekankan pentingnya cinta kasih dalam filsafat (Kelley L. Ross, P., 2007). Dalam segi etika, mengasihi sesama adalah hal yang esensi dan mendasar. Prinsip mengasihi dari Confiusius didasarkan pada moral dan juga hak setiap orang. Berbuat baik menyimbolkan seorang manusia yang beretika dan menjadikannya bernilai. Secara etika hal ini memang baik, namun tujuan utama alasan sebenarnya untuk berbuat baik dalam berbuat baik itu sendiri yang tidak disadari langsung oleh Confiusius. Bagaimana seseorang bisa melakukan sesuatu tanpa tujuan? Hal yang dilakukan itu juga hanya akan berlalu dengan sia-sia. Selain itu hal ini juga akan menuntun manusia kepada standar yang relative, harus sebaik apakah manusia untuk dikatakan telah mencintai? Bagaimanakah apabila seseorang dengan tetap menunjukan kebaikannya di depan namun dibelakang tetap membenci orang tersebut? Bukankah hal itu tidak melanggar haknya?. Jika kasus-kasus seperti itu terjadi, filsafat ini haruslah dipertanyakan. Bagaimana hak tetap dihormati namun ada kebencian dalam hati yang mungkin tidak dapat terlihat di depannya. Akankah hal ini masih disebut kebaikan?. Confusius benar dalam meletakan hal-hal yang harusnya menjadi esensi dalam diri manusia. Orang yang memperlakukan orang lain dengan kasar tidak melakukan seperti apa yang dia ingin diperlakukan. Dalam hal ini Confiusius jelas-jelas menentang banyak hal yang terjadi di era modern ini misalnya, pemboman oleh Al-Qaedah, perang antara Israel dan Palestina, Perang berdasarkan warna kulit putih di Afrika, peristiwa holocaust oleh Hitler, penganiayaan terhadap orang yang lemah.
http://www.friesian.com/images/kanji-17.gif"Menurut Confusius jika kita membentuk dan membangun diri kita maka kita akan juga membangun orang lain juga" (Kelley L. Ross, P., 2007). Hal ini akan mengajarkan prinsip yang penting juga karena hal ini akan mengajarkan manusia untuk hidup dengan sesamanya. Dibandingkan dengan Taoisme, yang lebih cenderung keluar dari peradaban, Confiusius akan lebih berpeluang untuk menerapkan etika pada masyarakat sekitar. Etika bisa terbangun apabila manusia diperhadapkan dengan objek, yang dalam hal ini Confiusius menekankan bahwa sesama yang harus dijadikan objek untuk dibangun atau dibentuk. Itu sebabnya Confusius membuat sekolah dan membuka pengetahuan-pengetahuan bukan hanya untuk orang kaya namun juga untuk rakyat jelata. Secara etis ketika manusia melihat orang-orang dijalanan seharusnya ada upaya yang nyata untuk berusaha membantunya dengan hal yang paling diperlukannya. Confusius memberikan contoh yang baik untuk melakukan pembentukan pada saat melihat banyak orang yang belum menerima pendidikan. Tidak hanya melihat orang yang berkekurangan dan tidak berpendidikan namun turun tangan dan ikut membantu.
Hal lain yang menyangkut etika yang ditekankan oleh Confusius adalah menghormati orang yang lebih tua. Filsafat ini masih membudaya dibeberapa Negara timur, beda halnya dengan budaya barat yang menjunjung demokrasi tanpa memperhitungkan beberapa hal yang menyangkut budaya. Meskipun tidak mendukung 100% terhadap orang yang lebih tua, namun rasa hormat haruslah tetap ada untuk menjaga keseimbangan bermasyarakat. Korea selatan masih kental akan rasa hormat terhadap orang yang lebih tua dengan tetap membuka diri terhadap demokrasi. Mungkin ini jadi salah satu faktor yang kuat dalam menjadikan negaranya maju pesat dalam berbagai segi. Secara psikologis, hal yang sangat diperlukan orang yang berumur adalah rasa hormat dari orang yang lebih muda, sehingga dapat dibayangkan dalam satu masyarakat apabila satu aspek yang mendukung menjadi kurang atau tidak tercukupi maka masyarakat tersebut akan pincang sebelah. Adalah tidak etis apabila seseorang menganggap remeh orang yang lebih tua apalagi orang tua yang notabene merawat dan membesarkannya.
Esensi dari moralitas Confusius adalah membatasi keinginan diri sendiri. Mungkin Confusius berpendapat bahwa ketika keinginan diri ditekan maka diri sendiri bisa memenuhi keinginan orang lain (Kelley L. Ross, P., 2007). paham ini sangat baik, karena memulai dengan diri sendiri dan mengakhiri dengan orang lain. Namun seberapa besar orang bisa mempertahankan konsep ini dalam beretika. Tidak ada yang bisa mendefinisikan apa motif dasar dari seseorang melakukan hal tersebut. 
Satu lagi ajaran confusius mengenai konsep dasar etika adalah lebih baik melakukan apa yang benar dari pada terus mencari keuntungan. Dia mengajarkan bahwa mendapatkan keuntungan bukanlah motif yang pantas diberikan untuk melakukan sesuatu untuk seseorang (Kelley L. Ross, P., 2007). Dalam realita kehidupan banyak ditemukan orang-orang yang membantu atau menolong seseorang hanya demi mencari keuntungan, baik menempuh jalan yang benar maupun tidak. Suatu keuntungan tentunya akan mendatangkan kebaikan yang sudah pasti akan menggiurkan bagi setiap orang. Ide untuk menolong orang lain demi mendapatkan keuntungan akan merusak esensi keuntungan yang sebenarnya, hal ini yang membuat confusius memikirkan konsep etika ini.
Ajaran tentang apa yang benar menurut confusius adalah sesuatu yang dipandang benar oleh orang banyak maupun pemerintahan Negara di mana setiap orang yang menganut ajaran confusius berada. Konsep confusius mengenai etika dalam hal ini sudah pasti akan menemukan banyak permasalahan, karena konsep kebenaran yang dianut oleh daerah yang satu belum tentu sama dengan daerah yang lainnya. Budaya yang sangat beragam di tiap daerah apalagi di tiap Negara akan menghasilkan standar mengenai apa yang dipandang benar dan pantas untuk dilakukan oleh setiap orang mengalami perbedaan yang sangat jauh. Salah satu contohnya adalah di Negara Timur, jika ada seorang ayah yang  memukul anaknya selama pukulannya itu tidak membawa kematian kepada anaknya diperbolehkan, berbeda dengan Negara Barat, jika seorang ayah memukul anaknya yang akan terjadi adalah ayah yang memukul anaknya tersebut akan dijebloskan ke dalam penjara karena melakukan tindak kekerasan tersebut.
Dari perbandingan konsekuensi yang diterima dengan perbuatan yang sama dilakukan di kedua Negara tersebut, maka akan ditemukan kelemahan dari ajaran confusius mengenai hal ini. Kelemahan dari ajaran confusius tentang lebih baik melakukan apa yang benar dari pada terus mencari apa yang benar adalah berasal dari standar kebenaran yang seharusnya. Maka yang dilakukan oleh oleh pengikutnya adalah melakukan apa yang benar menurut mereka masing-masing sesuai dengan standar yang mereka punya. Selain itu ajaran confusius mengenai hal ini jiga memiliki kelebihan, yaitu melakukan sesuatu tanpa mengharapkan imbalan ataupun keuntungan. Confusius mengajarkan untuk melakukan segala sesuatu dengan tulus, hal ini merupakan contoh yang sangat baik untuk dilakukan oleh semua orang.

referensi:
Kelley L. Ross, P. (2007). Confiusius. Retrieved November 28, 2010, from History Philosophy: http://www.friesian.com/confuci.htm

Penulis:
1.Cheenisa S.M               (40720080004)
2.Giovani A.R.T               (40420080013)

0 komentar:

Posting Komentar