Memiliki moral yang baik
Confucius mengajarkan bahwa tujuan hidup yang paling utama adalah memiliki moral yang baik, seseorang dikatakan pintar jika memiliki moral yang baik. Sesorang dikatakan bermoral baik jika memiliki hubungan yang baik antara seorang dengan yang lain, dimana setiap orang saling memberikan manfaat. Jika terjadi perpecahan diselesaikan dengan cara yang baik. Ini bersesuaian dengan pokok ajaran Confucius yaitu pad diri setiap manusia memiliki Yen. Yen berarti setiap manusia harus memiliki keluhuran budi, cinta, dan kemanusiaan dalam dirinya. Orang yang telah memiliki Yen senantiasa akan bersedia mengorbankan dirinya untuk menjaga keseimbangan dirinya dengan orang lain. Hal ini membuat Yen tetap berada di dalam dirinya. Di dalam masyarakat, orang yang memiliki Yen terlihat sebagai orang yang ulet, rajin, dan suka bekerja. Di dalam kehidupan sebagai individual, orang yang memiliki Yen terlihat sebagai orang yang ramah, tidak mementingkan diri sendiri, dapat merasakan penderitaan orang lain serta dapat menghargai perasaan orang lain dengan mengukur diri sendiri. Dalam hal menghargai perasaan orang lain dengan mengukur diri sendiri, konfisius menyatakan sebagai berikut: “Jangan berbuat sesuatu terhadap orang lain yang tidak Tuan ingin akan menimpa diri Tuan sendiri” .
Selain itu, Confucius juga menekankan moral yang baik yaitu seperti sifat yang rendah hati. Menurut Confucius seorang yang memiliki sifat yang rendah hati tidak akan pernah gagal. Seseorang yang memiliki moral yang baik akan berhasil dalam memperoleh tujuan – tujuan hidup selanjutnya. Ini bersesuaian dengan ajaran Kristus yaitu kasih, hidup saling mengasihi, penguasaan diri, tekun bekerja, dan rendah hati yang terkandung dalam buah Roh (Galatia 5: 22-23). Namun yang membedakannya adalah fokus atau tujuan akhirnya. Jika Confucius tujuan akhir dari moral yang baik adalah untuk diri sendiri dan berfokuskan pada manusia, sementara orang – orang kristen tujuan akhir dari moral yang baik adalah untuk menyenangkan hati Tuhan. Seperti yang tertulis dalam Galatia 5: 24 “Barang siapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginnannya”. Ini berarti orang yang telah menerima Kristus tidak lagi memikirkan hawa nafsu dimana tidak ada lagi egoisme pribadi namun yang ada adalah kasih, hidup saling mengasihi, penguasaan diri, tekun bekerja (kesetiaan) serta kerendahan hati, dan arti kata keinginannya dalam galatia 5:24 menjelaskan bahwa moral baik itu bukanlah keinginan manusia yang fokusnya pada manusia, namun merupakan keinginan Allah yang fokusnya pada kesenangan Allah.
Menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
Confucius adalah seorang yang sangat pintar pada zamannya. Kepintarannya membuat dia pernah terlibat dalam kepemerintahan, dan ajaran – ajarannya sangat dikenal oleh orang banyak hingga saat ini, bahkan diangkat menjadi sebuah agama. Seseorang dikatakan telah menjadi manusia jika dia telah memahami dan menguasai pengetahuan dari nenek – nenek moyang terdahulu kala. Menurut Confucius seseorang tidak boleh berhenti untuk terus belajar, karena seseorang yang merasa dirinya telah pintar akan menjadikan dirinya tidak berarti, sedangkan bagi orang yang merasa dirinya tidak pintar akan menjadikan dirinya berlimpah. Ini juga bersesuaian dengan Firman Tuhan dalam agama kristiani seperti yang tertera dalam Lukas 6:20-26. Dalam injil ini kita juga dapat mentafsirkannya mengenai kaya akan pengetahuan, dimana dikatakan berbahagialah orang yang lapar (akan pengetahuan), karena akan dipuaskan. Celakalah orang yang kenyang (akan pengetahuan), karena akan merasakan kelaparan. Namun, lagi – lagi fokus mereka berbeda Conficius berfokuskan pada manusia, sementara Firman Tuhan berfokuskan kepada Allah, seperti yang tertera dalam Amsal 1:7, bahwa sumber pengetahuan ialah takut akan Tuhan.
Bermanfaat kepada keluarga, lingkungan, negara dan dunia
Tujuan hidup Confucius selanjutnya yaitu memberikan manfaat kepada keluarga, lingkungan, negara dan dunia. Menurut Confucius sebelum memberi manfaat kepada negara hal yang paling utama adalah bermanfaat bagi keluarga. Confucius menekankan bahwa sebagai orang tua, seseorang harus mengetahui baik buruk sikap dan tingkah laku anaknya, serta senantiasa mendidik anaknya. Confucius berkata bahwa untuk memulai suatu negara dan berhasil mengendalikan negara harus terlebih dahulu dari dirinya memiliki keluarga yang rukun/tenang. Sebab, jika memberikan pengajaran pada keluarga saja tidak berhasil, apalagi menjadi seorang pemimpin di kepemerintahan negara. Ini berlandaskan ajaran terdahulu dari kebudayaan Cina yaitu zaman dahulu nabi tidak keluar ke rumah – rumah, karena berhasil memberikan pengajaran yang berhubungan dengan negara. Ini juga bersesuaian dengan Firman Tuhan dalam agama kristiani, dimana Tuhan Yesus memerintahkan kepada umat-Nya untuk menyebarkan Firman Tuhan dimulai dari yang terdekat hingga ke ujung dunia (Kisah Para Rasul 1:8).referensi:
(n.d.).
docs.google.com. (n.d.). Retrieved November 27, 2010, from Filsafat Cina: http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:NdX9Gmw0HbAJ:elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pengantar_filsafat/Bab_3.pdf+konfusius+%2Bmanusia+dengan+alam&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESgd1WprntDRe8DdmoEn7ZTPsrQd8KR1IiP0X9nhPjBkcUinRy8oofEDSN-uiyGe7vnwmgOUjS
I Wibowo & B Herry Priyono. (2006). Sesudah Filsafat; Esai-esai untuk Franz Magnis Suseno. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Yao, S. (n.d.). Retrieved 11 27, 2010, from http://konghucu.com/Great_Learning/GL_000.html
Penulis:
1.Binsar Yosua S. (40420080005)
2.Desy Natalia (40420080007)
0 komentar:
Posting Komentar