Ajaran-ajaran Konfusius banyak memberi pengaruh bagi masyarakat di dunia, khususnya Asia Timur. Hal ini terbukti dari buku yang ditulis oleh Michale Hart, yang berjudul Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah, menempatkan Konfusius dalam urutan kelima setelah Nabi Muhammad, Isaac Newton, Nabi Isa dan Buddha.
Ajaran konfusius ada 5, yaitu : jen, yi, li, zhi, dan Zhong Shu. Dari 5 ajaran tersebut, ajaran yang terbesar adalah jen dan li. Berikut penjelasan tentang ajaran konfusius :
1. Jen (manusia)
Ajaran ini lahir akibat dari kehidupan orang Cina yang tak pernah menghargai kehidupan dan tak bersikap prikemanusiaan. Banyak sekali terjadi peperangan. Ajaran Jen Konfisius muncul karena Konfusius meneladani sikap tiga kaisar yang bijaksana, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, saleh, murah hati dan tidak mementingkan kepentingan kelompoknya. ketiga kaisar tersebut adalah : Kaisar Yao (menjadi kaisar dari 2356-2347 B. C); Kaisar Shun (2244-2205), dan Kaisar Yu (mulai memerintah pada tahun 2205 B. C).
Selama hidupnya, Konfusius menaruh perhatian pada moralitas. Bagi Konfusius yang terpenting adalah manusia. Dalam berelasi, yang terpenting adalah jen. Secara harafiah, jen berarti manusia. Konfusius bersama dengan muridnya memperdalam ajaran tentang jen dengan sangat luas, mencakup semua etika Konfusianisme : Jen adalah kebajikan, kasih,, kebaikan, amal, kasih sayang, kemurahan hati, kebajikan yang sempurna, kebaikan hati manusia, dan kemanusiaan.
Bagi Konfusius, jen alah segalanya. Jen merupakan sumber keluhuran, kebijaksanaan, cinta, belas kasih, kebaikan (yi) dan kesetaraan. Sifat alami manusia adalah jen, dan tujuan utama perikemanusiaan (jen) adalah untuk mencapai kesempurnaan moral. Oleh karenanya, jen harus dibuktikan dalam sikap keharmonisan di tengah masyarakat yang plural atau majemuk.
Konfusius mencatat ada 5 jenis hubungan manusia , yaitu :
a. Raja dan Rakyat
b. Suami dan Isteri
c. Ibu, Bapak dan Anak.
d. Kakak dan Adik
e. Teman dan Teman.
Perbandingan ajaran Jen Konfusius dengan Ajaran Yesus
Ajaran Konfusius tentangjen hampir sama dengan ajaran Yesus :
a. Tentang kasih
Konfusius mengajarkan untuk saling mengasihi dengan sesama manusia saat manusia berelasi dengan sesamanya. Tuhan Yesus juga mengajarkan untuk saling mengasihi antar sesama manusia seperti diri kita sendiri (Mat 22: 34-40; Luk 10: 25-28). Tuhan Yesus juga mengatakan bahwa orang yang berbudi adalah orang-orang yang melakukan sifat-sifat mulia, seperti : memaafkan (Mat 5: 38-40; Luk 6: 27-36; Mat 18: 12)
b. Tentang Kemanusiaan
Konfusius banyak mengajarkan mengenai nilai-nilai kemanusiaan. Begitu juga dengan Tuhan Yesus. Ajaran Tuhan Yesus ini terlihat pada sikap Yesus yang melanggar hukum orang Yahudi tentang Hari Sabat. Yesus menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat. Di sini terlihat bahwa Yesus lebih mementingkan kehidupan manusia dibandingkan dengan hukum.
Dari data di atas jelas, bahwa keutamaan hukum Tuhan Yesus dan Konfusius adalah sama, yaitu Hukum Cinta Kasih, walaupun landasannya berbeda.
2. Yi (Kebenaran dan keadilan)
Pada umumnya, Yi diartikan sebagai kebenaran, keadilan, kewajiban dan kepantasan. Setiap orang harus memperlakukan sesamanya sesuai dengan kesusilaan dan bukan karena ada pertimbangan lainnya. Falsafah Konfusius mengenai Yi adalah “ jangan perlakukan orang lain dengan cara yang kita sendiri tidak ingin diperlakukan seperti itu, walaupun cara itu digunakan terhadap kita”.
Menurut Fu Yu Lan, Yi adalah suatu keadaan yang seharusnya terjadi. Setiap orang memiliki hal-hal yang harus mereka lakukan sendiri dan bila pertimbangannya adalah moral, maka hal yang mereka kerjakan itu benar adanya. Tetapi jika mereka mengerjakan hal-hal tersebut dengan pertimbangan diluar moral, maka pekerjaan mereka tidak lagi merupakan pekerjaan yang adil/lurus meskipun hal mereka melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan. Menurut Konfusius, orang yang berbudi hanya mengerti akan kebenaran tetapi yang rendah budinya hanya mengerti tentang keuntungan.
3. Li (Kesusilaan)
Pada peradaban Cina yang telah berlangsung selama ribuan tahun, terdapat ritual upacara persembahan kurban untuk memenuhi kehendak langit. dari situlah Confucius memperluas makna Li menjadidengan pengertian baru yaitu kepatutan atau kepantasan perilaku terhadap orang lain. Makna Li meliputi semua nilai-nilai etika, tata-krama, budi pekerti, kesopanan, norma sosial dan moral. Jika harus diartikan dalam satu kata, maka kata yang tepat adalah Kesusilaan.
Li mengatur segala sesuatu yang berhubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Menurut Confucius, dalam menghormati sesuatu, berhati - hati terhadap sesuatu, berani menghadapi sesuatu, dan juga menyatakan kejujuran tentang sesuatu, dibutuhkan kesusilaan. kesusilaan adalah kuncinya untuk membangun hubungan yang baik di dalam komunitas. segala sesuatu yang tidak susila sebaiknya dihindari.
Jika hidup diatur dengan kebajikan dan dilengkapi dengan kesusilaan maka akan menjadikan orang tumbuh rasa harga diri dan berusaha hidup benar. Kesusilaan berada pada hidup yang benar, dan selaras dengan kemurnian hati. Perilaku yang ditunjukan harus sesuai dengan harmoni dan keseimbangan. Setiap tingkah laku memiliki maknanya sendiri. Dalam suatu tindakan hendaknya pantas, sopan, dan sesuai dengan keadaan.
4. Zhi (Bijaksana)
Pengetahuan bisa diperoleh dari mempelajari fakta-fakta luar tetapi kebijaksanaan berkembang dari pengalaman diri. Zhi secara harafiah berarti kebijaksanaan atau kearifan, juga berarti kepandaian.
Beberapa perkataan Konfusius mengenai kebijaksanaan yang bisa kita pelajari :
· Bila melihat seorang yang bijaksana, berusahalah menyamainya dan bila melihat seorang yang tidak bijaksana, periksalah dirimu sendiri.
· Bila melakukan kesalahan, jangan takut untuk memperbaikinya
· Bila kamu tahu berlakulah sebagai orang yang tahu, bila kamu tidak tahu katakanlah bahwa kamu tidak tahu. Itulah yang disebut mengetahui.
· Orang yang suka cinta kasih (Jen) tetapi tidak suka belajar akan menanggung cacat bodoh. Orang yang suka kebijaksanaan ( Zhi ) tetapi tidak suka belajar maka akan menanggung cacat kalut jalan pikiran.
Dari kata-kata Konfusius tersebut, terlihat jelas bahwa beliau mengajarkan untuk tidak ragu-ragu dalam belajar suatu kebijaksanaan. Konfusius juga mengajarkan bahwa kebijaksanaan harus dicapai dengan berlandaskan pada kejujuran dan keterbukaan.
5. Zhong Shu (Setia dan Tenggang Rasa)
Zhong atau setia dapat diartikan bahwa orang yang setia adalah orang yang hatinya terletak pada tempat yang semestinya. Shu atau tengggang rasa/tepa selira artinya perbuatan yang muncul dari hati
Referensi
Ebta. (2006, Juli). Pendidikan Nondiskriminatif Menurut Pandangan Confucius. Retrieved November 27, 2010, from Jurnal Mahasiswa Filsafat: http://jurnalmahasiswa.filsafat.ugm.ac.id/cin-11.htm
Lasiyo, 1982/1983, Confucius , Penerbit Proyek PPPT, UGM Yogyakarta
Tong, C. H. (2000). Confucianism in Chinese Culture. Kelana Jaya: Pelanduk.
Penulis:
1. Ari Hardiyana (40420080004)
2.Vici Gloria H. (40420080027)